Kecerdasan sosial menilik tradisi dalam memperingati isra miraj (urgensi shalat)



Shalat adalah ibadah hamba kepada rabnya, terdapat lima waktu dalam satu hari. Ibadah ini adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh muslim yang telah mencapai syarat wajib shalat. Seperti yang telah kita ketahui dalam sejarah bahwa shalat adalah salah satu ibadah yang khusus. Karena cara penyampaiannya adalah dari Allah langsung kepada nabi Muhammad. Peristiwa besar itu adalah peristiwa yang terjadi pada 27 Rajab. Peristiwa ini di luar logika berfikir, tetapi peristiwa ini hanya dapat diyakini dengan sebenar-benarnya karena Dzat Allah Yang Maha Kuasa.
Amalan yang ditanyakan ketika di dalam kubur pertama kali adalah ibadah shalat, urgensi apa yang terdapat di dalam shalat sehingga sedemikian penting. Hakikat shalat adalah symbol penyembahan, penyerahan dan penghambaan total seorang mahluk kepada Rabnya. Pada dasarnya bukan Rab yang membutuhkan penyembahan hamba, tapi hamba yang sangat membutuhkan Rabnya, dan Rabnya mengajari cara menyembah, supaya Rab lebih sayang pada hamba. Oleh sebab itu kita hamba harus terus melakukan penghambaan sampai jantung tidak berdenyut.
Shalat wajib dalam satu hari dimulai dari Shalat Subuh, Shalat Dzuhur, Shalat Ashar, Shalat Maghrib dan Shalat Isya, dan bonus untuk kaum lelaki ada shalat Jumat. Selain itu ada ibadah shalat sunah yaitu shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tahajut, shalat hajat, shalat tasbih dll. Ibadah-ibadah itu dilakukan dengan cara menghadap kiblat, arah kiblat diseluruh dunia adalah menghadap masjidil haram (baitullah). Di era modern ini sudah banyak alat canggih sehingga Ka’bah akan lebih mudah diperkirakan dari tempat kita. Tetapi ketika alat-alat tidak berfungsi, kiblat itu berdasarkan keyakinan hati. Semua tempat adalah tempat sujud (masjid), yang terpenting suci dari najis dan gangguan.
Tradisi syukuran ketika peristiwa ini, sampai saat ini masih terus dilakukan dan akan terus dilakukan. Kenduri, syukuran, selamatan dll., adalah bukti kegembiraan (syukur) atas seluruh nikmat yang telah diberikan. Golongan-golongan ekstrim membidahkan dan mengkafirkan tapi, apa mereka tidak melihat urgensinya. Kami melakukan ini karena kecintaan, keberterimakasihan dan kebahagiaan kami atas hal itu. Selain itu urgensi sosial akan terpupuk dengan kebersamaan dengan saudara seiman, membicarakan hal yang baik dan berdoa bersama. Apakah kami melakukan tradisi ini ada menyebut selain Allah?, Toh kamipun tidak pernah melakukannya. Silahkan mengislamkan yang belum islam, kami sudah islam dan Insya Allah selamat dengan ikut guru, ulama dan Kyai kami.
Dengan lembut hati, marilah sama-sama shalat yang rajin disertai dengan peningkatan toleransi beragama dan berfaham. Kita saudara tapi (nek ngusruk-menyalahkan) apakah hal seperti itu benar? Logikanya dimana kebaikan bersosial, yang di dalam Al Quran selalu dijelaskan dengan (akhlaqul Karimah)? Pakai dalil satu melupakan dalil yang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Definisi Bahagia (puisi)

Memerima Warisan Bangsa

Keluarga Kecilku